Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara

October 02, 2018
Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara ~ Contoh tradisi islam di Nusantara adalah maulidan, sholawatan, tahlilan, ziarah, grebeg maulid dan lain sebagainya. Tradisi tersebut lazim di rutinkan oleh kaum nahdliyin di indonesia. Namun, istilah islam nusantara sesat katanya, lalu, apa maksud islam nusantara menurut ulama Indonesia?

Tahun 2015, saat Jombang sedang kerawuhan para kyai dan pengurus NU se-Indonesia dalam gelaran Muktamar NU ke- 33. Istilah Islam Nusantara digaungkan sebagai tema utama. "Meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia". Sontak, istilah Islam Nusantara menjadi perbincangan publik. 

Bagi PBNU, menurut Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi, diusungnya tema Islam Nusantara disebabkan oleh kondisi peradaban dunia saat ini. Sejarah kelam tenggelamnya Irak dan Syuriah dalam perang berdarah menjadi bukti nyata bahwa isu agama telah dijadikan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan. Untuk itu, Banser berdiri tegak membela NKRI dengan pancasilanya dan siap berhadapan dengan siapapun yang menghancurkan aswaja seperti HTI

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, berpeluang terjadinya disintegrasi dan perpecahan dengan dalih agama. Di tambah lagi, heterogenitas Indonesia yang terdiri atas beragam suku, bahasa, bangsa dan adat budaya, resiko perpecahan yang menyangkut isu syara, akan sangat mudah membakar emosi masyarakat. 

Karenanya, PBNU memandang, tema Islam Nusantara sangat tepat dijadikan sebagai tema utama agar bangsa Indonesia dapat menjalankan keislamannya sesuai dengan kondisi di Indonesia. Penerapan Islam Nusantara bukan berarti menganggap bahwa Islam di Arab tidak lebih baik dari Islam Nusantara, Pun tidak meninggikan islam Nusantara sebagai islam tertinggi dibandingkan islam di negara lain.

Penerapan Islam Nusantara hanya soal konteks dan pengaplikasian islam sesuai dengan kondisi Nusantara. Justru dengan adanya Islam Nusantara, menjadi bukti bahwa Islam begitu tinggi dengan sifat rahmatan Lil Alaminnya. Bukan hanya soal tradisi, Islam Nusantara juga berusaha menyerap perkembangan zaman termasuk digita atau IT. Karenanya, sahabat - sahabat internet marketer membentuk IMNU.

Berikut contoh amalan seperti Maulidan, sholawatan, tahlilan adalah tradisi islam Nusantara. Bagaimana penerapan islam nusantara dilakukan di beberapa kegiatan yang menjadi adat kebiasaan setempat. Karenanya, akan kita bahas beberapa contoh pengaplikasian konsep islam nusantara dalam budaya masyarakat. 

Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara


Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara
Ritual Bunga Lado di acara Maulidan ( liputan6.com)


Maulidan

Maulidan secara khusus adalah merayakan kelahiran nabi Muhammad SAW. Umumnya kegiatan mauludan diadakan dengan menggelar pembacaan sholawat atau pengajian - pengajian. Namun, di beberapa daerah, terdapat tradisi mauludan yang berbeda. 

Contohnya di Madura, di Madura terdapat ritual Mauludhen. Kegiatan ini hampir sama dengan acara grebek mulud yang biasanya terdapat arak - arakan buah - buahan. Buah - buahan yang telah di tata dengan cara di tusuk lidi itu kemudian di bawa ke masjid Agung pada tanggal 12 Rabiul Awal. 

Berbeda lagi perayaan maulidan di Padang, di kota ini terdapat tradisi islam berupa Bunga Lado. Lado berasal dari bahasa Padang yang berarti cabai. Biasanya cabai  sebelum berbuah akan berbunga terlebih dahulu. Kebanyakan warga padang memang merupakan petani cabai, karenanya, ritual ini sebagai perumpamaan untuk mendapatkan berkah sebelum panen tiba. 

Bunga Lado adalah pohon hias yang daun - daunnya terdiri dari uang dengan nominal beragam. Uang tersebut nantinya dikumpulkan untuk pembangunan rumah ibadah. Konsep dari tradisi ini adalah bersedekah untuk keberkahan. Dengan sedekah, maka diharapkan rizki akan dilancarkan. 

Selain ritual Muludhen dan Bunga Lado, beberapa tradisi islam di nusantara lainnya adalah kirab Ampyang, Grebeg Maulud, Keresen dan masih banyak lagi. Tradisi maulidan ini merupakan akulturasi budaya di mana Islam dapat masuk kedalam kebudayaan nusantara. Maulidan adalah tradisi islam di Indonesia yang perlu di pertahankan, selain sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi, Maulidan juga memiliki beberapa hikmah yang sesuai dengan kearifan lokal. 

Maulidan selain sebagai perayaan kelahiran nabi, dalam istilah lainnya juga merupakan kegiatan pembacaan sirah nabi. Kegiatan ini jika di telusuri lebih dalam, merupakan hasil dari kebudayaan arab yang sudah ada sejak pra islam. 

Tercatat bahwa Arab pra islam sangat menyukai syair yang berisi pengagungan pada hal yang dicintai serta kebencian pada musuh. Setelah masuknya Islam, syair tersebut kemudian mulai berganti wajah menjadi pengagungan kerinduan kepada sang Khaliq atau syair cinta untuk Nabi Muhammad. 

Beberapa karya monumental yang hingga kini masih sering dibaca di seluruh dunia adalah Maulid Ad-dibai, Maulid Barzanji, Maulid Simtud Duror. Selain itu, terdapat pula beberapa qosidah tentang pengagungan nabi Muhammad seperti maha karya imam Bushiri dengan Burdahnya. 




 Sholawatan

Sholawat merupakan bentuk jama' dari kata Shola yang berarti doa. Secara umum,sholawat merupakan pujian kepada Nabi Muhammad. Sebagian yang lain memandang sebagai doa, namun sejatinya Nabi tidak membutuhkan doa manusia. Justru sholawat bukan diperuntukkan kepada Nabi yang ma'shum namun untuk umat nabi Muhammad yang membutuhkan syafaatnya. 

Perdebaan yang terjadi dalam perkara sholawat adalah hukum sholawat yang redaksinya tidak bersumber dari nabi. 

Untuk itu, ulama kemudian membagi sholawat menjadi dua macam dilihat dari sumbernya. Yaitu sholawat Matsurat dan Ghoiru Matsurat. Sholawat Matrurat adalah sholawat yang redaksinya berasal dari Nabi Muhammad. Beberapa sholawat jenis ini adalah bacaan :

صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan
عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ (‘alaihish shalaatu was salaam).
termasuk pula di dalamnya sholawat Ibrahimiyah seperti yang biasa di baca ketika tasyahud Akhir. 

Sholawat Ghoiru Matsurat merupakan sholawat yang redaksi dan cara membacanya tidak berasal dari nabi Muhammad. Meskipun bukan berasal dari Nabi Muhammad, sholawat tersebut juga banyak diamalkan karena pengarangnya merupakan ulama besar yang tidak diragukan lagi keilmuannya. 

Beberapa contoh shoalwat ghoiru matsurot adalah sholawat thibbil qulub, nariyah atau sholawat al-fath. 

Kalangan salafi, tidak memperbolehkan membaca sholawat Ghoiru Matsurat karena termasuk bid'ah. Namun, pada praktiknya, membaca sholawat yang dikarang oleh selain nabi merupakan bentuk dzikir dan doa serta pengagungan umat kepada NabiNya. 

Bahkan beberapa sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud menyusun sholawat karangannya sendiri. Imam Syafi'i pun menulis sholawat :
صَلَّى اللهُ عَلٰى مُحَمَّدٍِ عَدَدَ مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَعَدَدَ مَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ اْلغَافِلُوْنَ
Jika diperhatikan lagi, apabila si pembaca berdosa karena mengamalkan sholawat yang bukan dari nabi, maka lebih berdosa mereka yang menulis kesesatan tersebut yang mana menjadi sumber kesesatan. 

Pertanyaannya, apakah kemudian kita berani menyesatkan sahabat nabi dan ulama besar sekelas imam Syafii?

Mukodimah tentang sholawat yang saya jelaskan di atas bertujuan agar anda faham duduk perkara tentang sholawatan. Kebanyakan acara sholawatan memang bukan hanya membaca sholawat Matsurat namun juga qosidah sholawat yang dikarang oleh banyak ulama. 

Tradisi membaca sholawat yang biasanya diiringi dengan duff, rebana, gambus, kendang dan lain sebagainya menjadi warisan budaya sekaligus tradisi islam nusantara yang semakin membumi di tanah nusantara ini. 

Peran habaib sangat penting dalam penyebaran tradisi sholawatan. Salah satu habib yang aktif medakwahkan sholawat adalah habib Abdul Qodir Assegaf.

Tahlilan 

Tahlilan sebagai tradisi islam  nusantara merujuk pada acara doa bersama dengan melafalkan dzikir - dzikir. Secara bahasa, tahlilan berasal dari Halal, Yuhallilu, tahlilan yang berarti mambaca kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah. Menjadi perdebatan karena di dawamkan secara bersama - sama serta dilaksanakan untuk mendoakan orang mati pada tujuh hari masa kematian, 40 hari, 100 hari sampai 1000 hari. 

Kesalahan berfikir yang terjadi adalah bahwa Tahlilan disebut sebagai perkara bid'ah yang tidak ada dalilnya. Selain itu, Tahlilan juga acap kali merupakan bentuk Tasyabuh kepada umat hindu. Ini adalah logika yang salah. 

Padahal, yang dibaca dalam acara tahlilan semuanya adalah bacaan dzikir. Selain itu, pelaksanaan tahlilan di hari - hari tertentu diperbolehkan oleh Nabi Muhammad. 

Menjadi salah satu kearifan lokal bahwa nusantara kita memang memiliki kebiasaan gotong royong. Kebiasaan ini diusung dalam bingkai islam dengan bentuk mendoakan secara berjamaah atas mayit sebagai bentuk kepedulian. 

Selain itu, masyarakat Nahdliyin khususnya di Jawa terbiasa mengadakan selamatan bukan hanya ketika terjadi kematian, namun juga ketika memulai usaha, menempati rumah baru, membeli kendaraan baru atau akan melakukan perjalanan jauh. 

Bacaan tahlil yang dibaca adalah bentuk doa sekaligus mendoakan keluarga yang telah wafat. Hal tersebut tentu sangat baik karena dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk tetap berbakti bahkan kepada mereka yang telah di panggil oleh Allah SWT.

Contoh Tradisi Islam di Nusantara

Sebelum datangnya islam, masyarakat di indonesia telah memiliki budaya lokal yang berbau hindu, budha maupun aliran kepercayaan seperti Animisme dan Dinamisme. Masuknya agama islam ke Indonesia di dominasi oleh jalur perdagangan yang kemudian terjadilah interaksi dua budaya arab islam dan indonesia dengan kenusantaraannya.

Pada awal masuknya islam, sistem pemerintahan yang ada di sepanjang wilayah Indonesia merupakan kerajaan - kerajaan. Maka, hierarki kekuasaan mutlak berada di tangan raja. Sementara raja yang berkuasa dianggap sebagai pengejawantahan wujud dewa yang ada di bumi.

Kebudayaan lokal nusantara pun dijaga dengan sangat kuat. Mubaligh awal islam nusantara, mencapai titik dimana mereka harus menyesuaikan metode dakwah dengan budaya lokal setempat. Ulama terdahulu paham betul bahwa budaya nusantara sudah teramat lekat dalam kehidupan sehari - hari masyarakat, untuk bisa mengganti budaya - budaya peninggalan agama hindu dan budaya hanya terdapat dua jalur kemungkinan.

Peperangan fisik atau akulturasi budaya. Ulama islam nusantara lebih mengedepankan metode dakwah dengan kaidah bil hikmah daripda menggunakan pedang, karenanya, ulama terdahulu memasukkan nilai - nilai islam nusantara pada praktik budaya lokal.

Sunan kalijaga misalnya, merubah cerita wayang dengan memasukkan nilai islam seperti Jimat Kalimasada atau menanamkan akhlak islam melalui lagu seperti lir - ilir, turi putih dan lain sebagainya. Maulidan, Sholawatan, Tahlilan adalah tradisi islam di nusantara yang dihasilkan dari hasil ijtihad ulama nusantara. Maka, pencetus islam nusantara tidak lain adalah ulama terdahulu termasuk Walisongo.

Maulidan sebagai tradisi islam nusantara maupun sholawatan yang merupakan amalan islam di nusantara sudah sangat melekat. Beberapa contohnya ada pada grebeg maulid yang membawa sedekahan bumi untuk di arak dan dibagikan kepada masyarakat.

Tahlilan dan islam di nusantara pun berusaha mengganti ritual hindu yang menyembah dewa, memberi sesembahan manusia sebagai tumbal di gantikan dengan acara doa bersama kepada Allah SWT serta sesajian berupa makanan yang diberikan kepada tetangga.

Praktik tersebut tentu saja boleh dilakukan, karena nilai dari budaya adalah sesuatu yang dibolehkan selama tidak terdapat keharaman yang jelas seperti kesyirikan.

Demikianlah artikel tentang Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara yang semoga memberikan kefahaman sehingga tidak saling menyalahkan dan menuduh sesat. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »