Banser Bakar Bendera HTI? Logika Yang Salah

October 23, 2018
Pembakaran Bendera HTI
Pembakaran Bendera ISIS di Libanon

Di dalam ilmu logika, terdapat kesalahan berfikir yang lazim terjadi. Salahs satunya adalah kesalahan berfikir 
Fallacy of Four TermFallacy of Four Term merupakan kesalahan berfikir karena terburu - buru menggunakan empat term dalam menggunakan rumus silogisme. 



Contoh permasalahan yang bisa mewakili kasus di atas adalah :

Orang afrika berkulit hitam criminal harus dihukumDia berkulit hitam, Jadi, Dia adalah orang afrika

Faktanya, Dia adalah Andi, Andi memang orang yang berkulit hitam, namun dia asli keturunan Indonesia yang lahir di kota Papua. Hal tersebut terjadi juga karena kesalahan berfikir yang terlalu menggeneralisasikan sesuatu yang bukan pada tempatnya. 

Yang membakar bendera tauhid adalah kafir, Bendera HTI adalah kalimat tauhidoleh karena itu, membakar bendera HTI adalah kafir. 

Faktanya, bendera HTI dengan Bendera HTI adalah berbeda. Yang dibakar oleh Banser bukan bendera Tauhid, namun bendera HTI yang disahkan sebagai ormas terlarang di Indonesia. 

Analogi selanjutnya adalah pembakaran bendera ISIS. Jika yang dibakar adalah bendera ISIS yang juga berisikan kalimat tauhid, apakah kemudian pembakaran tersebut juga merupakan pembakaran bendera Tauhid yang notabene merupakan ekspresi kebencian terhadap Tauhid Laa Illaha Illallah?

Pengambilan keputusan yang tergesa - gesa seperti di atas sebenarnya merupakan kesalahan logika yang tidak seharusnya terjadi jika memahami konteks maksud yang diinginkan. 

Namun, HTI memang lihai dalam menggulirkan opini. Kalimat Tauhid yang tertulis dalam lambang kebesaran mereka, selalu saja digunakan sebagai senjata untuk menyerang musuh - musuhnya. Mereka sengaja membawa opini bahwa bendera mereka adalah kalimat tauhid. Siapa yang membenci kalimat tauhid, maka kafirlah ia. Dengan begitu, mereka bersembunyi di balik kalimat tauhid sekaligus membenturkan musuh - musuhnya dengan masyarakat awam.

Untuk itu, dalam menyikapi pembakaran bendera HTI tersebut, harus dipandang secara adil. Tidak pantas kiranya menuduh pembakar bendera HTI di samakan dengan pembakar bendera Tauhid.

Melihat Kembali Akar Masalah 

Perlu kiranya kita pahami bahwa kafirnya pembenci kalimat tauhid merujuk pada kebencian orang akfir yang tidak percaya kepada Allah. Mereka membenci kalimat Tauhid dalam bentuk apapun karena mengekspresikan keyakinan bertuhan kepada Allah, berittiba kepada Nabi terakhir Muhammad SAW. 

Maka, jika seseorang melakukan sesuatu dengan keyakinan bahwa kalimat Tauhid adalah bohong, dusta dan tidak benar, maka dengan atau tanpa tindakan pembakaran kalimat tauhid, sesungguhnya dia telah kafir. 

Dengan melihat pada akar masalah tersebut, terlihat jelas illat perkara kalimat tauhid. Banser bukan pembenci kalimat tauhid, mereka setiap minggu berdzikir menggaungkan kalimat tauhid. Apakah mungkin Banser membenci kalimat Tauhid? Tentu saja tidak. 

Pembakaran Bendera HTI atau Kalimat Tauhid? 


Sebenarnya, bukan hanya HTI yang menggunakan kalimat tauhid sebagai bendera resminya. ISIS sebagai organisasi teroris yang diakui kesesatannya, juga menggunakan lafal tauhid sebagai lambang kebesarannya. Ketika terjadi pembakaran bendera ISIS misalnya, apakah pantas kemudian dianggap kafir mereka yang membenci ISIS dengan mengekspresikannya melalui pembakaran bendera ormas khawarij tersebut. 

Dulu sempat terjadi pembakaran bendera ISIS besar - besaran setelah aksi kejam ISIS yang viral di Internet. Warganet, meskipun ada yang mengecam tindakan pembakaran tersebut, tidaklah menuduh bahwa para pembakar bendera ISIS adalah pembenci kalimat Tauhid. Mereka faham bahwa bendera tersebut adalah bendera kelompok yang bersembunyi di balik kalimat Tauhid. Sementara para pembakar, membenci ISIS yang rupanya diekspresikan melalui pembakaran bendera. 

Kasus serupa sebenarnya terjadi di Indonesia, tepatnya di Garut. Beberapa anggota Banser membakar bendera HTI pada peringatan Hari Santri Nasional yang dilaksanakan di Lapangan Limbangan pada hari Senin kemarin (22/10/2018). 

Anggota Banser tersebut bukan ingin membakar kalimat Tauhid, namun bendera HTI. Ketika kalimat Tauhid sudah dijadikan sebagai bendera suatu kelompok. Maka, pengkhususan lambang tersebut tidak lagi mewakili islam secara keseluruhan. Namun, harus dikembalikan pada maksud kelompok tersebut.

Merah dan Putih adalah warna bendera Indonesia. Ketika terdapat pakaian yang kebetulan menggunakan bahan berwarna merah putih, maka tentu saja tidak menjadi permasalahan jika pakaian tersebut kemudian di bakar. Namun, ketika bahan merah putih tersebut kemudian dijadikan bendera. Lalu dibakar. Ini persoalan yang berbeda.

Maka harus dipahami, serupa tidak berarti sama. Ada makna yang membedakan tiap sesuatunya. Maka, makna inilah yang harus ditelaah sesuai dengan niat dan maksud yang terkandung. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »