Tradisi Islam Di Nusantara Dan Telaah Qiroaat Sab'ah

October 01, 2018
Maulidan, Tahlilan, Sholawatan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara, Selain itu, terdapat amalan - amalan yang menjadi rutinan di kalangan masyarakat Indonesia seperti Yasinan, Waqi'ahan termasuk pula sedekah bumi. Di tengah  kontroversi istilah Islam Nusantara, tradisi - tradisi islam di Nusantara memang sudah menjadi sebuah kultur yang teramat lekat di tengah - tengah masyarakat.

Pada muktamar ke - 33 NU yang diselenggarakan di Jombang pada tanggal 3-4 Agustus 2015. Tema besar yang dibahas dalam muktamar tersebut adalah Islam Nusantara. Pasca Gelaran Muktamar Jombang,  Tema "Islam Nusantara" menjadi perbincangan di kalangan luas, baik ulama, pemerintahan maupun masyarakat awam yang kemudian terbagi menjadi beberapa pendapat. Sebagian kalangan menuduh sesat faham islam Nusantara sementara kalangan lainnya mencoba menengahinya dengan memberi gambaran dan konsep yang jelas mengenai Islam Nusantara

Tentu tidak cukup ruang jika pembahasan islam nusantara dibahas dalam artikel seperti ini. Perlu kedalaman ilmu dan kejernihan pikiran untuk menelaah konteks Islam Nusantara yang dijadikan pedoman oleh kalangan Nahdliyin. 

Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara


Islam Nusantara dan Demografi


Ulumul Qur'an mengenal istilah Qiro'ah Sab'ah. Istilah tersebut mengacu pada bacaan yang tujuh yang ternyata disesuaikan dengan dialek bahasa daerah setempat. al-Zarkasyi di dalam kitab kitab al-Hidayah mengatakan bahwa Qiro'at merupakan perbedaan lafal-lafal yang ada di dalam Alquran, baik itu  menyangkut huruf-hurufnya maupun tentang  cara pengucapan huruf-huruf Al Qur'an. 


Sebab terjadinya perbedaan qiro'at tersebut disebabkan salah satunya oleh lajnah (dialek), sudah menjadi maklum bahwa dialek atau logat bahasa di masing - masing daerah berbeda satu sama lain. Di masa Khalifah Utsman, Mushaf Al - Qur'an dikirim ke berbagai pelosok negeri, perbedaan dialek menyebabkan cara baca al qur'an pun berbeda. Maka, pada abad ke III Hijiriah dipilihlah beberapa qiroat yang  mu'tabar dan mutawatir ke Nabi tanpa meninggalkan dialek daerah tersebut. 

Qiro'at sab'ah tersebut merupakan contoh kasus bagaimana islam kemudian masuk pada budaya - budaya di daerah - daerah tertentu. 

Contoh lainnya adalah penerapan zakat Fitrah. Sebagaimana diketahui, jenis barang yang dizakatkan adalah qutul balad atau makanan pokok suatu negeri. Di zaman nabi, Gandum dan kurma merupakan makanan pokok negeri tersebut, sementara di pulau jawa, beras merupakan makanan pokok yang kemudian dijadikan sebagai barang yang dijadikan zakat fitrah. 

Hal lain seperti Khutbah sholat Jum'at menggunakan bahasa jawa atau bahasa Indonesia. Pada zaman nabi dan di arab tentu saja menggunakan bahasa arab. Di Indonesia menggunakan bahasa daerah masing - masing dengan tanpa meninggalkan syarat dan rukun khotbah yang menggunakan bahasa arab. 

Islam Nusantara sejatinya merupakan Penerapan Islam di Nusantara tanpa meninggalkan dalil - dalil qath'i. 
Islam nusantara tidak berarti merubah bahasa arab menjadi bahasa jawa pada saat sholat. Islam nusantara menggunakan sarung ketika sholat, di arab menggunakan gamis, Islam Nusantara hanyalah particular aplication dari Islam yang ditolerir penerapannya sesuai daerah masing - masing. 

Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara
Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara

Tradisi Islam Nusantara Dan Telaah Qiroaat Sab'ah

Tradisi - tradisi ataupun amalan - amalan seperti Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara. Tahlilan sudah umum dilaksanakan ketika selamatan, mendoakan orang meninggal atau tasyakuran. 

Beberapa kalangan menuduh bahwa islam Nusantara berusaha membawa Islam ke arah budaya agama lain seperti Hindu. Sementara Maulidan dituduh menyerupai budaya kaum Nasrani yang mengagungkan hari lahir Yesus. 

Pada praktiknya, baik maulidan, sholawatan dan tahlilan tidak satupun yang melanggar kaidah agama Islam. Soal tasyabuh kepada umat lain, hal ini sebenarnya sudah terbantahkan oleh praktik puasa asyura yang sejatinya merupakan kebiasaan kaum yahudi. 

Dengan begitu, pada dasarnya, Islam Nusantara tidak berusaha membawa islam kepada budaya namun membawa budaya apapun kepada islam. 

Tradisi seperti inilah yang merupakan jalan masuknya Islam di Indonesia. Bagaimana sunan kalijaga dengan media wayang mendakwahkan Islam merupakan salah satu contoh dakwah Islam Nusantara. Tahlilan, Sholawatan atau Maulidan pun merupakan salah satu bentuk metode dakwah sekaligus ibadah yang dipraktikan di Indonesia. 

Di Yaman, kita mengenal istilah Ratibul Hadad atau ratibul athas yang telah masyhur sebagai amalan ibadah. Tahlilan yang merupakan amalan di Indonesia sesungguhnya tidaklah banyak berbeda dengan bacaan ratibul hadad maupun ratibul athas. 

Islam Nusantara dan Indonesia

Indonesia dengan banyakanya ragam budaya mendorong ulama agar lebih bijak dalam menyebarkan agama Islam. Sunan Qudus misalnya, demi menghormati kaum hindu, beliau menganjurkan untuk tidak menyembelih sapi pada saat qurban, namun diganti dengan kerbau. 


Penggantian kerbau tersebut tidak menyalahi aturan agama karena memang qurban boleh menggunakan kerbau, namun, alasan mengapa tidak menyembelih sapi adalah persatuan Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, agama dan suku bangsa. 

Hal tersebut tentu patut kita contoh sebagai salah satu cara agar bangsa Indonesia tidak terpecah karena perbedaan budaya. Terlebih dengan banyaknya rongrongan disintegrasi dari dalam yang ingin memecah belah bangsa atas nama agama. Islam Nusantara sejatinya memposisikan Islam di atas segalanya agar bisa masuk kedalam budaya manapun. 

Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perpecahan antar suku bangsa di negara Indoensia yang dikenal majemuk dan beraneka ragam. Islam Nusantara berusaha mengejawantahkan prinsip Bhineka Tunggal Ika yang menjadi salah satu pedoman bangsa. 

Selain itu, Islam nusantara juga menekankan pada satu aturan " Al Muhafadzatu Ala Qodimisholih wal Akhdu Bil jadidil Ashlah", Menjaga tradisi lama yang baik dan menyerap pembaharuan yang baik pula. Dengan begitu, Islam akan selalu berada di depan. 

Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu upaya dari sahabat - sahabat muda dengan mendirikan IMNU atau Internet Marketers NU. Namun, harus di catat, bahwa sehebat apapun IT, tradisi islam yang telah dicanangkan oleh ulama terdahulu, wajib di jaga.

Demikianlah artikel tentang Maulidan, Sholawatan, Tahlilan Adalah Tradisi Islam Di Nusantara yang semoga bermanfaat serta meluruskan pandangan tentang Islam Nusantara.



Share this

Related Posts

First